Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang
berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda
pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar,
apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen.
Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat.
Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang"
seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah
setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga
terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal
ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda
keyakinan.
Kearifan lokal yang terjaga dikalangan penduduk asli membuat kawasan
indah ini selalu terjaga kebersihannya. Banyaknya ekosistem tidak
membuat penduduk dengan seenaknya mengambil guna untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Bukan hanya itu, bahkan untuk mendapatkan gurita,
nelayan masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan
tangan sendiri. Mereka akan mencari gurita disaat air laut surut dengan
mengandalkan daun kelapa agak kering yang dibakar untuk penerangannya.
Bukan hanya itu, penduduk tidak pernah memberi makan binatang liar dan
berdekatan dengan mereka agar kelangsungan hidup mereka tidak terganggu
oleh penduduk sekitar. Dengan selalu menjaga kearifan lokal, penduduk
sekitar telah sangat membantu kelangsungan kehidupan ekosistem dan
kekayaan alam dari Pulau Raja Ampat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar